Google Searching

Rumah Adat Laika


Rumah Adat Laika
Rumah Adat Laika

Rumah Adat Laika merupakan rumah adat adat suku Tolaki disebut dengan Laika (Konawe) yang memiliki pengertian yaitu rumah. Kayu merupakan material bahan dasarnya Rumah adat Laika ini yang berukuran besar berbentuk segi empat.  Bangunan rumah adat Laika ini terdiri dari atap dan lantai yang ditopang oleh banyak tiang-tiang berukuran besar dengan tinggi sekitar 20 kaki dari dasar tanah.
Rumah Adat Laika
Rumah adat suku Tolaki disebut dengan Laika (Konawe)
sumber Gbr: www..rumah-adat.com

Rumah adat  Laika (Konawe) dari suku Tolika dan suku Wolio sebenarnya memiliki persamaan dalam membangun tempat tinggal ataupun tempat untuk berkumpul, yaitu dengan menggunakan system nilai budaya yang disebut dengan pembagian secara kosmologi alam dan pembagian diibaratkan sebagai tubuh manusia.
Jika kita amati bagian bagian dari rumah adat Laika (Konawe), bagian depan rumah diibaratkan sebagai tangan kanan dan kiri dan tengahnya sebagai dagu. Sedangkan bagian tengah rumah diibaratkan sebagai dua lutut dan tengahnya sebagai tali pusar. Pada bagian belakang rumah diibaratkan sebagai dua kaki kiri dan kanan dengan bagian tengah sebagai alat vitalnya.

Bagian bagian pada rumah adat Laika (Konawe)

Bangunan rumah adat Laika jika dianalisis secara vertikal dan horizontal terdapat beberapa pengertian dari setiap bagian rumah. Hasilnya rumah adat Laika dibagi menjadi tiga bagian, yaitu Bagian bawah/kolong, Bagian tengah dan Bagian atas.

Bagian bawah/kolong merupakan aplikasi dari dunia bawah (puriwuta) dimana pada bagian bawah atau kolong ini sengaja dibuat untuk berbagai keperluan, seperti tempat menyimpan binatang ternak, tempat menyimpan alat-alat pertanian, selain tempat penyimpanan, dengan adanya kolong, lantai rumah dapat menjadi lebih dingin dengan adanya aliran udara, dapat menghindari terbenamnya rumah akibat banjir, tempat bersantai dan juga menghindari masuknya binatang liar ke dalam rumah. Bagian tengah pada rumah adat mewakili dunia tengah sebagai falsafah perwujudan alam semesta. Bagian atas rumah berguna sebagai tempat utama untuk beraktifitas.

Jika di analisa secara horizontal, tampak depan rumah atau fasad bagian bawah, atau rangka dan lantai diibaratkan sebagai dada dan perut manusia. Bagian loteng atau bagian atas diibaratkan sebagai punggung manusia dan tiang penyangganya diibaratkan sebagai tulang punggung manusia. Sedangkan pada bagian atap adalah rambut atau bulu yang diibaratkan sebagai muka dan panggul manusia.

Rumah adat Laika terdiri dari beberapa macam, disesuaikan kebutuhannya, yaitu :

a. Laika Mbu’u (rumah induk atau rumah pokok)
Rumah adat Laika mbu’u (di konawe), laika raha (di mekongga/kolaka), memiliki arti rumah pokok. Julukan rumah pokok diberikan karena Laika Mbu’u memiliki bentuk lebih besar daripada rumah biasa. Rumah ini biasanya dibangun dipinggir kebun atau ladang menjelang dimulainya masa panen dan rumah ini biasanya ditinggali oleh beberapa keluarga.

b. Laika Landa (rumah di kebun)
Rumah adat Laika landa, yaitu rumah ini dibangun ditengah atau dipinggir kebun. Rumah ini ditinggali oleh satu keluarga selama proses panen dan pengolahan hasil kebun sampai dengan selesai. Setelah selesai masa panen dan padi disimpan di dalam lumbung padi, maka rumah ini tidak ditinggali lagi.

c. Laika Patande
Rumah adat Laika patande adalah rumah yang dibangun ditengah-tengah kebun sebagai tempat peristirahatan. Ukuran rumah ini lebih mungil dibandingkan laika landa.

d. Laika Kataba
Rumah adat Laika kataba merupakan jenis rumah papan. Material bangunannya terdiri dari balok dan papan. Rumah ini dibangun menggunakan sandi atau kode tertentu.

e. Laika Sorongga atau Laika Nggoburu (Rumah penguburan)
Rumah adat Laika sorongga atau laika nggoburu merupakan rumah makam bagi raja (mokole/sangia) pada masa lalu di kerajaan Konawe atau rumah makam bagi keluarga raja. Rumah tersebut ditinggali dan dijaga oleh para budak dan keluarganya.

f. Laika Mborasaa (Rumah pengayauan)
Rumah adat Laika Mborasaa merupakan rumah yang dibangun pada tempat tertentu sebagai tempat berjaga dan tempat beristirahat bagi orang-orang yang telah melaksanakan tugas mengayau (penggal kepala) ke beberapa tempat di daerah sulawesi tenggara.

g. Komali (Rumah tempat tinggal Raja/Istana)
Rumah adat Komali merupakan laika owose (rumah besar) khusus sebagai tempat tinggal Raja. Bentuknya berupa rumah panggung yang menggunakan tiang-tiang bundar dan tidak menggunakan pondasi. Pada bangunan rumah Komali, tiang-tiang ditanam sedalam satu hasta. Tiang yang akan ditanam ke dalam tanah sebelumnya dibakar pada bagian selubung (permukaan tiang) hingga menjadi arang sehingga tidak mudah dimakan rayap, selanjutnya tiang yang dibakar tadi dibungkus dengan ijuk dan diikat persegmen dengan menggunakan rotan agar arang tersebut tetap melekat pada selubung tiang.
Rumah Komali ini sangat tinggi dan kuat. Tinggi tiang dari permukaan tanah hingga ke permukaan lantai kurang lebih 2 meter atau cukup tinggi untuk dimasuki kerbau. Jumlah tiang untuk Komali sebanyak 40 tiang di luar dari tiang dapur dan tiang teras. Jumlah 40 tiang ini berhubungan dengan jumlah yang disyaratkan dalam meminang, yaitu 40 pinang dan 40 lembar daun sirih. Jika dianalisis dari segi fungsi maka jumlah 40 tiang merupakan jumlah tiang yang mewakili satu rumah besar, yang hanya dibangun oleh tokoh tertinggi adat (Mokole). Material bangunan ini terdiri dari kayu, bambu dan atap yang terbuat dari rumbia. Pada bagian tertentu rumah ini ditemukan ukiran (pinati-pati).

h. Laika wuta
Rumah adat Laika wuta merupakan rumah yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang berukuran lebih kecil dari laika landa dan memiliki bentuk atap seperti rumah jengki.

i. Raha Bokeo rumah Raja di daerah Mekongga Kolaka
Rumah adat Raha Bokeo (di kolaka) merupakan tempat tinggal raja-raja (Bokeo) Mekongga di Kolaka. Raha Bokeo memiliki dua ukuran berdasarkan dari jumlah tiang yang dimiliki yaitu, besar dan kecil. Raha Bokeo ukuran besar dan memiliki total tiang sebanyak 70 buah. 25 tiang berada rumah induk, 20 tiang (otusa) berada di ruang tambahan (tinumba) atau ancangan, 10 tiang berada di teras depan (galamba) dan 15 tiang berada di dapur (ambolu). Sedangkan Raha Bokeo untuk ukuran sedang memiliki total tiang sebanyak 27 buah. 9 tiang yang berada pada rumah induk, 6 tiang berada pada ruang tambahan (tinumba), 3 tiang berada pada teras depan (galamba) dan 9 tiang berada di dapur.

j. O’ala (tempat penyimpanan padi)
Rumah adat O’ala merupakan rumah penyimpanan yang digunakan untuk menyimpan benda-benda keperluan hidup, di antaranya sebagai tempat penyimpanan padi atau disebut o’ala (ala mbae) yang berarti lumbung padi.

k. Laika Walanda (rumah panjang gaya arsitek Belanda)
Rumah adat Laika Walanda merupakan rumah panjang yang disebut juga rumah pesanggrahan yaitu rumah yang digunakan oleh orang-orang Belanda untuk bersantai seperti berdansa ataupun berpesta. Pada ruang tengah sepanjang rumah ini terdapat ruang kosong, sedangkan dibagian kiri dan kanan rumah terdapat ruang istirahat yang lantainya setinggi pinggang dan berpetak-petak. Rumah ini memiliki bentuk seperti asrama memanjang.

l. Laika Mbondapo’a
Rumah adat Laika Mbondapo’a merupakan jenis rumah panggung yang digunakan sebagai tempat memanggang kopra. Bentuk bangunannya seperti rumah jengki yang tidak memiliki dinding (orini). Lantainya sedikit lebih tinggi dari dasar tanah. Pada saat proses pemanggangan, rumah panggung ini ditutupi oleh daun kelapa sambil dipanaskan dengan membuat api di bagian bawahnya.

Lihat juga aneka Rumah Adat Provinsi Sulawesi Tenggara:
Rumah Adat Banua Tada   ,
Rumah Adat Laika,
Rumah Adat Provinsi Sulawesi Tenggara ( Rumah Istana Buton / Malige ),

Dari berbagai sumber






Komentar