Google Searching

Bukunya Menjadi Best Seller Tapi Tidak Punya Uang Sepeserpun


Buku bukunya menjadi best seller dalam berbagai penjualan namun dalam hidupnya beliau tidak memiliki uang speserpun.
Beliaupun bukan orang dengan tingkat pendidikan yang rendah tetapi memiliki pendidikan yang cukup sebagai sarjana lulusan Universitas terkemuka di dunia.

Tak perlu banyak yang diceritakan tentang bhikkhu bule kelahiran Inggris ini karena sosoknya sudah sangat dikenal publik Buddhis di Indonesia. Ceramahnya yang memukau, hangat, ringan tapi berbobot, dan penuh humor sudah sering didengar langsung oleh publik Buddhis di berbagai kota di tanah air. Tiga kali ia melakukan tur ceramah keliling Indonesia tahun 2009, 2010, dan 2011.
Ajahn Brahm –begitu ia akrab dipanggil– lahir di London tahun 1951 dengan nama Peter Betts. Sebagai seorang Sarjana Fisika Teori lulusan kampus elit dunia Cambridge University, masa depannya sangat cerah, tapi ia meninggalkan itu semua dan lebih memilih tinggal di hutan Thailand menjadi bhikkhu hutan di bawah bimbingan bhikkhu hutan ternama Thailand, Ajahn Chah. Ia ditahbis menjadi bhikkhu oleh Ajahn Chah pada usia 23 di Wat Saket Temple, Bangkok.

“Saat saya belajar di Cambridge University, saya mengenal satu atau dua orang penerima Hadiah Nobel. Ada banyak profesor terkenal di universitas itu, tapi tak satu pun dari mereka yang bahagia. Mereka memiliki kecerdasan namun mereka tak menggunakan kecerdasan itu untuk menemukan bagaimana berdamai dan bahagia dengan diri sendiri. Jadi saya ingin menggunakan kecerdasan saya untuk tujuan yang lebih baik,” tuturnya. “Ketika saya melihat betapa banyaknya bantuan yang bisa diberikan oleh seorang bhikkhu atau bhikkhuni, saya berpikir, ‘Wow, itulah jenis pelayanan yang saya inginkan!’”

Ajahn Brahm kini menjadi kepala vihara hutan Bodhinyana Monastery di Perth, Australia dan penasehat di beberapa organisasi Buddhis. Buku karyanya telah diterbitkan ke banyak bahasa, salah satunya adalah Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya (judul asli Opening the Door of Your Heart) yang meraih sukses fenomenal di Indonesia.



Ajahn Brahmali

Ajahn Brahmali lahir di Norwegia tahun 1964. Ia mulai tertarik pada Buddhisme dan meditasi pada umur 20an setelah mengunjungi Jepang. Setelah menamatkan sarjana mesin dan keuangan, ia mulai menjadi anagarika (latihan 8 sila) di Amaravati and Chithurst Buddhist Monasteries, Inggris.

Setelah mendengar ‘kata-kata Brahm’, ia memutuskan pergi ke Australia untuk berlatih di Bodhinyana Monastery. Ajahn Brahmali tinggal di sana sejak tahun 1994, dan ditahbis menjadi bhikkhu oleh Ajahn Brahm pada tahun 1996.

Selama 4 tahun, ia mengajar Bahasa Pali dan Vinaya kepada para bhikkhu dan anagarika di Bodhinyana Monastery. Cara mengajar Ajahn Brahmali jelas dan memancing orang untuk berpikir lebih jauh membuat ajaran Buddha menjadi mudah dipahami dan paling banyak didownload di website BSWA.



Ajahn Sujato

Anthony Best meninggalkan karier musiknya di Australia pada tahun 1994 untuk ditahbiskan menjadi bhikkhu hutan oleh Ajahn Chah. Namanya kemudian dikenal sebagai Ajahn Sujato. Setelah tinggal di hutan Thailand, Ajahn Sujato kemudian tinggal di Bodhinyana Monastery, Perth, sebagai sekretaris Ajahn Brahm selama 3 tahun, sebelum akhirnya tinggal di sebuah goa di Malaysia. Kini ia tinggal di Bundanoon, New South Wales, Australia.
Pendekatan yang dipilih Ajahn Sujato dalam mengajar adalah berdasarkan kata-kata original Buddha untuk diterapkan dalam kehidupan saat ini, dengan penekanan pada orisinalitas, kedalaman, dan praktek. Ia menggabungkan kecintaannya pada meditasi dengan ajaran Buddha dalam sebuah buku pertamanya yang diterbitkan tahun 2011, A Swift Pair of Messenger.

Sources: Dari berbagai sumber

Komentar